Senin, 29 Oktober 2012

PEMIKIRAN POLITIK IKHWA AL-MUSLIMIN

                                              PEMIKIRAN POLITIK IKHWA AL-MUSLIMIN
                                                                   Oleh : Hartono GS

A.    Pendahuluan

Pasca keruntuhan dinasti Turki Utsmani, dunia Islam mengalami kemunduran serta kekacaual yang luar biasa, Negara-negara Islam mulai dikuasai oleh sistem hidup sekuler dan dibawah panji penjajahan Asing yang sangat dominan sekali. Kenyataan ini seolah menggugah kembali para generasi muda Islam dan para pemikir Islam untuk bangkit dan berjuang kembali untuk menegakkan panji-panji Islam yang ada.
Gerakan ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh dakwah Islam yang berkaliber seperti Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan Hasan al-Banna, dan sebelumnya ada Syeikh Rifa’at at- Tahtawi, akan tetapi sosok Hasan al-Banna ini memiliki kontribusi yang sangat luar biasa dalam perjuangannya sehingga ia di Mesir mampu mendirikan sebuah harakah Islam yang diberinama Ikhwanul Muslimin (IM), atau dalam catatan lain Mesir sering disebut sebagai prototype garda depan perkembangan politik, social dan Intelektual. Sebagai catatan awal harakah Islam ini didirikan dengan tujuan mengajak umat kearah, pertama; menghidupkan kembali Islam sebagai agama dan Negara, menciptakan masyarakat Islam, yang menjadikan Islam sebagai asas tunggal dalam menata kehidupan ini, selain itu ia juga mengajak pada masyarakat untuk menolak undang-undang buatan manusia (hukum negara sekuler) dan menggantikannya dengan berbasis syariat Islam. kedua; mengajak membebaskan dunia Islam dari cengkraman penjajah asing.
Dalam perjalanan gerakan Islam (IM) ini mengalami pejalanan yang cukup pesat dan berhasil membangun gerakan kebudayaan Islam di Mesir dan di dunia Islam melalui pernerbitan-penerbitan majalah Islam, menjalin hubungan dengan gerakan Islam lain di dunia Islam seperti; Syiria, Libanon, Palestina, Pakistan dan juga Indonesia.

B.    Munculnya Gerakan Ikhwanul Muslimin.
1.    Sejarah Singkat Hasan Al Banna (1906 M - 1949 M)
Hassan Al Banna lahir pada tahun 1906-1949, di sebuah kota Mahmudiah Propinsi Buhairah di Mesir, beliau dibesarkan dalam keluarga yang amat kuat berpegang pada Islam. Ayahnya seorang ulama yang sangat hebat dalam bidang keilmuan dan ketaqwaan. Kerjanya memperbaiki jam, pekerjaan inilah yang menjadi sumber rezeki bagi menghidupi keluarganya. Masa kerjanya pada waktu malam. Pada siang harinya menjadi Imam di sebuah masjid di kampungnya, disinilah ayahnya mengajar prinsip-prinsip Islam dan berdakwah. Diantara karyanya kitab Tafsir Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal. Hassan Al Banna berguru pada ayahnya sehingga bisa menghafal Qur'an 30 juz pada usia remaja, ayahnya mengizinkan menggunakan kitab-kitab simpanan ayahnya untuk dibaca.hingga akhirnya Hassan Al Banna dapat memahami Islam dan bahasa Arab dengan baik sedangkan semangat perjuangan Islam dan sifat kepimpinan telah mulai nampak pada umur yang masih muda.
Pada usia 16 tahun, ayahnya menghantarkannya ke Darul Ulum, sebuah pusat latihan perguruan di Kairo. Ketika sampai di sana beliau terkejut melihat kerusakan moral orang-orang Islam di kota Kairo. Pada tahun 1927, di usia 21 tahun Hassan Al Banna lulus dan meninggalkan Darul Ulum, Beliau adalah pelajar yang pintar dan mendapat tempat pertama dalam kelasnya. Kemudian setelah beberapa bulan beliau mengajar di Ismailiah, di sebuah sekolah menengah pemerintahan, disitu beliau dengan rasmi mendirikan Harakah Islamiah "Al-Ikhwanul Muslimin." Beliau didukung para pengikut dan pelajar-pelajar yang setia.
Setelah harakah Ikhwanul Muslimin terkenal dan berpengaruh, rezim yang ada mulai menganggap harakah Islam itu sebagai sebuah subversif yang mengancam keamanan negara. Pada tahun 19486, pemerintahan Mesir tunduk pada Inggris dan mengharamkan harakah Ikhwanul Muslimin. Maka setelah itu ribuan anggota Ikhwan dihukum ke dalam penjara serta harta benda mereka dirampas. Dua bulan kemudiannya Hassan Al Banna ditembak mati oleh seorang penembak yang tidak dikenal di jalan raya Kairo pada tanggal 12 februari 1949. sedangkan karya-karya Hasan al-Banna yang masih bisa diketemukan antara lain Majmu’ al-Rasail, Mudzakkiratu al-Da’wati waal Dai’yyati dan Risalah al-Ta’lim.
2.    Sekilas Sejarah Berdiri Jama'ah Ikhwan Muslimin
        Sejarah berdiri Ikhwanul Muslimin setelah runtuhnya khilafah Islamiyah di Turki yang di bubarkan oleh bapak sekuler Kamal Atarturk pada tahun 1924 M. maka bermunculan gerakan sekulerisme di setiap negara Islam bagaikan jamur di musim hujan, tiada yang dapat menghentikannya, maka tampilah tokoh-tokoh masyarakat yang berkiblat ke Barat.
        Selepas perang dunia pertama, golongan yang berkiblat ke Barat bergerak sangat aktif mempromosikan pemahaman mereka di Mesir. Seiring dengan itu fahaman nasionalisme di dunia Islam mencapai puncaknya. Sementara pergerakan Emanspasi Wanita/gender semakin bertambah kuat, para wanita kelas atas Mesir memberontak; enggan memakai purdah. Mereka justru memakai fesyen ala Eropa, menghadiri tamasya sosial yang bercampur bebas antara lelaki dan perempuan, baik secara tertutup ataupun terbuka mereka juga mendesak supaya wanita diberi hak yang setaraf dengan lelaki/bias gender ternyata sangat luar biasa.
        Hassan Al Banna dan para sahabatnya merasa gelisah mengenai situasi kritis ini, di dalam buku hariannya beliau mencatat: "Hanya Allah yang mengetahui berapa malam kita akan berbincang tentang kondisi negara dan hubungannya dengan kehidupan rakyat. dan pengaruhnya terhadap masyarakat kelas bawah serta cara penyelesaiannya? Kami diskusi hal tersebut dengan penuh perhatian sehingga meneteskan airmata". Dalam buku tersebut, Hassan Al Banna mengakui bahwa keputusannya mendirikan Jamaah Ikhwanul Muslimin merupakan manifestasi dari sikap beliau dan sahabat yang anti terhadap kejahilan Ummat Islam, beliau menganggap bahwa masjid dan khutbah saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah penyakit umat ini.
        Pada tahun 1928 Ikhwanul Muslimin resmi didirikan dengan tujuan untuk menyelesaikan nasib malang yang menimpa umat Islam saat itu. Tahun 1932 Hasan al-Banna pindah ke Kairo. bersama itu pula gerakannya berpindah dari Isma’iliyyah ke Kairo. Tahun 1352 H/1933 M beliau menerbitkan sebuah berita pekanan Ikhwan yang dipimpin oleh ustadz Muhibuddin Khatib (1303-1389 H/1886-1969 M). Gerakan Ikhwan hanya beranggotakan 100 orang, hasil pilihan langsung ustadz Hasan al-Banna sendiri. Kalau dibandingkan Hasan Al Banna jauh berbeda dengan tokoh Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afghani, Sheikh Muhammad Abduh dan Sayyid Rashid Ridha', mereka lebih mengutamakan penulisan dan dakwah billisan dalam kiprahnya.
        Ini disebabkan Harakah Islam yang dipimpin Hasan Al Banna sangat syumul dan komplit sehingga menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti ibadah, akidah, mu'amalah, akhlah, politik, kebudayaan, ekonomi, sosial, olah raga dan sebagainya. Hassan Al Banna mulai mengunjungi kedai kopi untuk melakukan dakwah secara halus, tausiah beliau ini mulai menusuk hati para pendengar dan cukup untuk menyadarkan orang yang khilaf. Beginilah cara beliau berdakwah dan mentarbiyah masyarakat hingga larut malam.
        Pada musim liburan di musim panas, beliau menjelajah seluruh Mesir dengan jalan kaki atau naik kereta api buruk kelas tiga yang penuh sesak. Beliau tidak melalui sebuah kampung dan kota melainkan berhenti dan bermalam di situ, guna menyampaikan dakwah Islam kepada orang kampung di masjid-masjid dan di rumah-rumah. Beliau sangat bersemangat dalam menyampaikan dakwah sehingga menyentuh hati mereka yang mendengarkannya, mulai dari buruh rendah dan kasar hingga para ulama yang mulia mengelilinginya untuk mendengar dakwahnya yang berapi-api. Pada tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiah ke Kairo. Dalam masa tiga tahun di sana, Harakah Ikhwanul Muslimin membuat penekanan yang berat dalam mendidik umat islam supaya menghayati Islam, yaitu melalui cara menggerakkan masjid-masjid, mendirikan sekolah-sekolah dan pusat-pusat kebajikan di seluruh Mesir. Begitulah Hasan Al Banna membuat gebrakan baru yang belum dibuat oleh para ulama besar di Al Azhar saat itu.
        Kota Kairo saat itu berkiblat ke Eropa. Umat Islam malu untuk sembahyang tempat umum. Murid-murid di sekolah belajar membenci apa saja perkara yang berkaitan dengan Islam. Di kota besar inilah Hassan Al Banna berhasil mengajak ratusan pelajar didikan Barat kembali mencintai Islam dan menjadi muridnya yang gigih berjuang, Jama'ah Ikhwanul Muslimun bercita-cita untuk menjalankan tanggung jawabnya ke seluruh Mesir. tujuananya ialah menggantikan masyarakat Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang berlandaskan Syariah Islam.
a.    Landasan Gerakan Ikhwanul Muslimin
    Al-Ikhwan al-Muslimun adalah salah sebuah gerakan Islam terbesar di zaman modern ini, Seruannya ialah kembali kepada Islam sebagaimana yang termaktub di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, serta mengajak kepada penerapan Syari’at Islam dalam kehidupan nyata. Gerakan ini telah mampu membendung arus sekulerisasi di dunia Arab dan Islam. Ikhwanul Muslimin, seperti yang telah disebutkan di atas merupakan organisasi gerakan persaudaraan bagi seluruh umat Islam baik dalam konteks nasional maupun internasional, dan fundasi gerakan in i adalah berdasarkan surah al-Hujurat ayat 10. yang artinya kurang lebih dengan pondekatan tafsir “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, maka ciptakanlah perbaikan (reformasi) diantara saudara kalian”
b.    Penangkapan Aktifis Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pada Desember 1954 Presiden Gamal Abdul Nasser menjadi sasaran pembunuhan tapi gagal, ini menjadi alasan yang ditunggu-tunggu oleh pemerintah Mesir untuk menghancurkan Ikhwan Muslimin. Maka Ikhwan dituduh melakukan penembakan tersebut walaupun Ikhwan berkali-kali menafikannya. Ribuan anggota Ikhwan telah ditangkap, dipenjara dan 6 orang telah digantung hingga mati. Sementara protes dari dunia Islam pada peristiwa ini tidak dilayaninya sama sekali.
Tahun 1948 Ikhwan turut serta dalam perang Palestina. Hasan Al-Banna terbunuh secara misterius pada tanggal 12 Februari 1949. Al-Banna mendapat undangan gelap untuk hadir di kantor pusat organisasi Jum’iyyatusy Syubban Al-Muslimin beberapa saat sebelum maghrib. Ketika ia hendak naik taksi bersama Abdul Karim Manshur, tiba-tiba lampu penerang jalan tersebut dipadamkan. Bersamaan dengan itu peluru-peluru beterbangan mengarah ke tubuhnya. Ia sempat dievakuasi dengan ambulans. Namun karena pendarahan yang hebat, ajal menjemputnya. Dengan itu, tertutuplah lembaran kehidupannya.
Rangkaian pertentangan ini berkelanjut dengan terbunuhnya Naqrasi pada bulan Desember 1948 dan dalam perspektif lain meyebutkan bahwa Pada tahun 1949 M, Oktober 1951 konflik antara Mesir dan Inggris semakin memuncak. Ikhwan melancarkan perang urat saraf melawan Inggris di Terusan Suez. Peristiwa ini telah direkam oleh Kamil Syarif dalam bukunya ‘AI Mugawamat al-Sirriyyah ftQanat Suwes’ Pada 23 Juli 1952, pasukan Mesir di bawah pimpinan Muhammad Najib, bekerja sama dengan Ikhwan melancarkan Revolusi Juli.
Dan pada tahun 1950 berdasarkan keputusan Dewan Tertinggi Negara, Ikhwan direhabilitasi. Ketika itu Mesir diperintah oleh kabinet al-Nuhas. Dewan tersebut juga memutuskan bahwa pembekuan Ikhwan selain tidak sah, juga inkonstitusional. Tahun 1950 ustadz Hasan al-Hudhaibi (1306-1393 H/ 1891-1973 M), terpilih menjadi Mursyid ‘Am al-Ikhwan al-Muslimun. Ia adalah salah seorang tokoh kehakiman Mesir. Ia juga berkali-kali ditangkap. Tahun 1954, ia divonis hukuman mati, tetapi kemudian diringankan menjadi seumur hidup. Tahun 1971 ia dibebaskan terakhir kalinya.
Pada tahun 1961, Ikhwanul Muslimin difitnah sekali lagi sebagai penyebab kegagalan dan kemunduran negara. Akhirnya Presiden Nassir telah membuat satu komite Khusus untuk menghapus pengaruh gerakan Ikhwanul Muslimin' dari Mesir. Beliau mengusulkan supaya digunakan kekuatan undang-undang dan militer untuk menghancurkan Harakah Islam ini. Sebahagian usulan yang dibentangkan oleh komite Khusus itu disiarkan dalam An-Nadwa Akibat dari polis ini, ribuan Ikhwan termasuk Muslimat ditangkap dengan tidak diberi kesempatan membela diri di mahkamah. Hassan Ismail Hudaybi, seorang hakim dan ulama terkenal yang menggantikan Hassan Al Banna sebagai Ketua Ikhwan juga disiksa walaupun umurnya sudah tua dan uzur.
Pada 29. Ogos, 1966 tiga orang pemimpin Ikhwan telah dihukum mati. Yang paling terkenal di antara tiga itu ialah Ash-Syaheed Sayyid Qutb yang juga seorang ulama dan penulis terkenal di dunia Arab. Adiknya Muhammad Qutb yang juga seorang penulis yang terkenal, dua orang adik perempuannya, Aminah dan Hamidah Qutb pun turut dikurung dalam penjara bertahun-tahun lamanya.
Walaupun demikian yakni banyaknya tekanan politik hinggga sampai pada pembeunuhan Di luar Mesir banyak terdapat tokoh-tokoh Ikhwan yang muncul, antara lain:
1. Syaikh Muhammad Mahmud Shawwaf, pendiri dan pengawas umum Ikhwan di Iraq. Karya tulisnya cukup banyak. Setelah pindah .ke Makkah tahun 1959, ia sangat giat menyiarkan Islam di Afrika.
2. Dr. Mushthafa al-Siba’i (1334-1384 H/1915-1964 M), pengawas umum pertama Ikhwan di Suriah. Gelar doktornya diperoleh dari Fakulstas Syari’ah Universitas al-Azhar, tahun 1949. Memimpin beberapa divisi pasukan Ikhwan ke Palestina tahun 1948. Pernah dicalonkan sebagai wakil Ikhwan di Damaskus, tahun 1949. Selain itu ia terkenal sebagai khatib dan orator ulung. Tahun 1954, ia mendirikan Fakultas Syari’ah di Damaskus dan ia menjadi dekan pertamanya. Karya-karyanya antara lain Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami, Al-Mar’ah baina al-Fiqh wa al-Qanun, Al-Qanun al-Ahwal al Syakhshiyyah.
3. Gerakan Ikhwan di Yordania berdiri pada tanggal 13 Ramadhan 1364 H/19 November 1945 M. Pimpinan pertamanya ialah Syaikh Abdullathif Abu Qurrah. Ia pernah memimpin sejumlah pasukan Ikhwan Yordania ke Palestina tahun 1948. Selanjutnya tanggal 26 November 1953, ustadz Muhammad Abdurrahaman Khalifah (lahir tahun 1919) terpilih menjadi Ketua Umum Ikhwan di Yordania. Hingga kini beliau masih menduduki posisi tersebut.
Akhir dari semua drama itu ketika Anwar Sadat berkuasa, orang-orang Ikhwan mulai dilepas secara bertahap. Sepeninggal Hudhaibi, Umar Tilmisani (1904-1986 M) terpilih menjadi Mursyid ‘Am Ikhwan. Di bawah pimpinannya Ikhwan menuntut hak-hak jama’ah secara utuh dan mengembalikan hak milik jama’ah yang dibekukan oleh Jamal Abdunnashr. Tilmisani menempuh jalan tidak konfrontatif dengan penguasa dan berkali-kali beliau menyerukan, "Bergeraklah dengan bijak dan hindarilah kekerasan dan extremisme." Muhammad Hamid Abu Nashr, terpilih menjadi Mursyid ‘Am setelah Tilmisani. Jalan dan metode yang ditempuhnya sama dengan pendahulunya
C. Pemikiran dan Doktrin Dakwah Ikhwan al-Muslimin
Pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap Islam bersifat universal, tidak mengenal adanya pemisahan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Ikhwan berusaha keras memperluas kawasan geraknya sampai menjadi sebuah gerakan internasional. Dengan metode yang ditempuh melalui tahapan da’wah, Hasan al-Banna membaginya menjadi tiga tahap (1) tahap pengenalan (2) tahap pembentukan (3) tahap pelaksanaan. Berkenaan dengan da’wah Ikhwan, Hasan al-Banna mengatakan, "Gerakan Ikhwan adalah da’wah salafiyah, thariqah sunniyyah, haqiqah shufiyyah, lembaga politik, klub olah raga, lembaga ilmiah dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan pemikiran sosial." Sehingga dalam aplikasi doktrin yang diberikan setidaknya, harus dimulai dari :

1.    Perbaikan Individu
2.    Perbaikan Masyarakat
3.    Perbaikan tanah Air
4.    Perbaikan Pemerintahan
5.    menegakkan khalifah Islamiyah dalam dunia Internasional
Selanjutnya Hasan al-Banna menegaskan bahwa cirri gerakan Ikhwan adalah:
1)    Jauh dari sumber pertentangan.
2)    Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan.
3)    Jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik.
4)    Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah.
5)    Lebih mengutamakan aspek amaliyah produktif daripada propaganda dan reklame.
6)    Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda.
7)    Cepat tersebar di kampung-kampung dan di kota-kota.
Selain itu Hasan al-Banna juga menyebutkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh Ikhwanul Muslimin, karakteristik itu antara lain sebagai :
1.    Gerakan Ikhwan adalah gerakan Rabbaniyyah. Sebab, asas yang menjadi poros sasarannya ialah mendekatkan manusia kepada Rabb-nya.
2.    Gerakan Ikhwan bersifat alamiyah (Internasional). Sebab, arah gerakan ditujukan kepada semua ummat manusia. Semua manusia pada dasarnya harus bersaudara. Asalnya satu, nenek moyangnya satu dan nasabnya satu. Hanya taqwa yang menentukan seseorang itu lebih dari yang lain. Dari ketaqwaannya akan terefleksi pada kebaikan dan keutamaannya yang utuh dan menyeluruh yang ia berikan kepada orang lain.
3.    Gerakan Ikhwan bersifat Islami. Sebab, orientasi dan nisbatnya hanya kepada Islam.
a.    Masih dalam doktrin dakwah. dalam Risalah Ta’alim, Hasan al-Banna berkata, "Rukun Bai’at kita ada sepuluh. Karena itu hafallah baik-baik. Yaitu paham, ikhlash, ‘amal, taat, jihad, berkorban, tetap pada pendirian, tulus, ukhuwwah dan percaya diri."
Setiap karakteristik diberi penjelasan tersendiri secara gambling dan luas. Lambang al-Ikhwan al-Muslimun ialah: dua bilah pedang menyilang melingkari al-Qur’an, ayat al-Qur’an dan tiga kata: haq (kebenaran), quwwah (kekuatan) dan hurriyyah (kemerdekaan). Al-Ikhwan al-Muslimun telah mengadopsi da’wah dari berbagai sumber yang menjadi gerakan da’wahnya. Ia tidak hanya menekankan kepada pentingnya pembersihan jiwa (manajemen qolbu) tetapi juga merujuk pada dalil-dalil yang shahih serta selalu melakukan perbaikan aqidah dan pentingnya kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah dan membersihkan dari segala bentuk kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid.
Da’wah Ikhwan banyak dipengaruhi gerakan da’wah yang dibawa oleh generasi salafus shalih. Pendirinya tetap terbuka dengan perkembangan zaman dan menggabungkan kebaikan-kebaikan yang ada pada di dalamnya. Pada umumnya da’wah tersebut mengambil metode-metode da’wah yang di bawa oleh Rasulullah yang melandasi gerakan da’wah ini. Hasan al-Banna merangkum semua pemahaman tersebut dalam da’wahnya. Ditambah pula dengan konsepsi-konsepsi yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan lingkungan. Sehingga da’wahnya mampu menghadapi berbagai arus yang melanda Mesir dan kawasan lain.
D. Pandangan Umum terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pandangan Umum terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin
Sekilas, dari sejarah singkat Hasan Al-Banna tampak jati diri gerakan yang didirikannya. Namun itu tidak cukup untuk mengungkap lebih gamblang. Untuk itu perlu kami nukilkan di sini beberapa kesimpulan yang didasari oleh komentar Al-Banna sendiri atau tokoh-tokoh gerakan ini atau simpatisannya.
Pertama: Menggabung Kelompok-kelompok Bid’ah
Kedua: Lemahnya Al-Wala` dan Al-Bara` Pembaca, tentu anda tahu bahwa Al-Wala` (loyalitas kepada kebenaran) dan Al-Bara` (antipati terhadap kebatilan) merupakan prinsip penting dalam agama kita, Islam.
Abu ‘Utsman Ash-Shabuni (wafat 449 H) mengatakan: “Dengan itu, (Ahlus Sunnah) seluruhnya bersepakat untuk merendahkan dan menghinakan ahli bid’ah, dan menjauhkan serta menjauhi mereka, dan tidak berteman dan bergaul dengan mereka, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan menjauhi mereka.” (‘Aqidatussalaf Ashabil Hadits, hal. 123, no. 175)
Ketiga: Tidak Perhatian terhadap Aqidah
Pembaca, aqidah adalah hidup matinya seorang muslim. Bagi muslim sejati, yang berharga menjadi murah demi membela aqidah. Aqidah adalah segala-galanya, tidak bisa main-main, tidak bisa coba-coba. Tapi tidak demikian adanya dengan kelompok yang kita bicarakan ini. Itu terbukti dari keterangan di atas, ditambah keadaan Al-Banna sendiri yang tidak beraqidah salaf dalam mengimani Asma`ul Husna dan sifat-sifat Allah. Salah jalan, ia terangkan aqidah salaf tapi ternyata itu aqidah khalaf (yang datang belakangan dan menyelisihi salaf). Ungkapnya: “Adapun Salaf, mereka mengatakan: Kami beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits sebagaimana datangnya, dan kami serahkan keterangan tentang maksudnya kepada Allah tabaraka wa ta’ala, sehingga mereka menetapkan sifat Al-Yad (tangan) dan Al-’Ain (mata)… Semua itu dengan makna yang tidak kita ketahui, dan kita serahkan kepada Allah pengetahuan tentang ilmunya…” (Majmu’ Rasa`il, karya Al-Banna, hal. 292, 324).
Tauhid Al-Asma` dan Sifat, adalah salah satu dari tiga unsur penting dalam ilmu-ilmu tentang Allah k. Intinya adalah mengimani nama-nama Allah k dan sifat-sifat-Nya sebagaimana Allah k sebutkan dalam Al-Qur`an atau Nabi n sebutkan dalam hadits yang shahih.
Aqidah Ahlussunnah dalam hal ini tergambar dalam jawaban Imam kota Madinah saat itu, Al-Imam Malik bin Anas Al-Ashbuhi t, ketika ditanya oleh seseorang: “Allah naik di atas ‘Arsy-Nya, bagaimana di atas itu?” Dengan bercucuran keringat karena kaget, beliau menjawab: “Naik di atas itu diketahui maknanya. Caranya tidak diketahui. Iman dengannya adalah wajib. Dan bertanya tentang itu adalah bid’ah!” Ucapan Al-Imam Malik ini minimalnya mengandung empat hal:
1.    Naik di atas itu diketahui maknanya: Demikian pula nama, sifat dan perbuatan Allah yang lain seperti, murka, cinta, melihat, dan sebagainya. Semuanya diketahui maknanya, dan semua itu dengan bahasa Arab yang bisa dimengerti.
2.    Tapi caranya tidak diketahui: yakni kaifiyyah, cara dan seperti apa tidaklah diketahui, karena Allah k tidak memberi-tahukan perincian tentang hal ini. Demikian pula sifat-sifat yang lain.
3.    Iman dengannya adalah wajib: karena Allah memberitakannya dalam Al-Qur`an dan Nabi n mengabarkan dalam haditsnya yang shahih.
4.    Dan bertanya tentang itu adalah bid’ah: yakni bertanya tentang tata caranya dan seperti apa sifat-sifat tersebut adalah bid’ah, tidak pernah dilakukan oleh generasi awal
E. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin oleh Hasan al-Bannal-Ba
        Asas dan prinsip perjuangan Ikhwanul Muslimin/Jama’ah Ikhwan al-Muslimin menggunakan falsafah persaudaraan yang berbentuk kasih sayang sebagai fondasi dasar untuk memperbaiki segala hal termasuk negara, selain itu keasdaran yang tinggi bagi umat Islam untuk terus membela agama dan tanah airnya harus terus dibangun. sebagai asas hubungan sosial dan pendidikan, selain itu al-Banna juga menegaskan dalam perjuangannya harus memiliki semangat (1) Prinsip Islami yakni kembali pada ajaran al-Quran Hadis (2) Penegasan kembali bahwa ajaran Islam Syumuliyyah (lengkap), dalam terminologi lain agama yang lengkap seperti yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo Agama dapat mempengaruhi sejarah dengan kesadaran bersama (untuk berjuang, bangkit dari penindasan kolonialisme) atau bangkit dari keterpurukan yang sifatnya dari dalam diri manusia (3) Semangat pembebasan dari penjajah Inggris, Prancis dan Israel.
        Selain beberapa fondasi yang ada di atas, ikhwanul Muslimin melalui Hasan al-Banna, dalam memperjuangkan Islam yang berbentuk jihad Jam’iyah ini memiliki empat konsep yang sangat mendasar pula yakni;
a)    Allah adalah tujuan kita
b)    Rasulullah adalah pemimpin kita
c)    Al-Qurana adalah undang-undang kita
d)    Jihad adalah jalan kita
        Semboyan inilah yang dapat menggetarkan musuh-musuh Ikhwanul Muslimin ketika itu, walaupun demikian ada pula yang menyebutkan bahwa Ikhwanul Muslimin bukanlah gerakan politik, akan tetapi Hasan al-Banna menegaskan pada manusia dengan Al-Quran disebelah kanan, dan as-Sunnah di sebelah kiri, amalan salaf al-shalih adalah teladan kami, apa bila semua ini dianggap politik , Al-Hamdu li Allah, berarti kami adalah pelopor dalam bidang politik.
F.  Kesimpulan
            Hay'ah Ikhwan Al-Muslimin sebenarnya tidak lain dari sebuah organisasi pergerakan Islam yang berusaha menerapkan cara-cara hidup yang Islami, terutama kehidupan sosial-politik, melalui sebuah program yang selalu direvisi dari waktu ke waktu. Karena dominasi kebudayaan sekular yang begitu besar di dunia Islam, termasuk sekularisasi dalam pemerintahan, organisasi ini sering berada dalam konflik dengan kjekuatan-kekuatan sekular yang ada dalam masyarakat. Teologi mereka yang tidak memisahkan antara ijtihad dan jihad, agama dan politik, membuat nama mereka sering dihubungkan kepada aksi politik dan tindak kekerasan, baik secara sah atau tidak.
            Perjuangan panjang Ikhwanul Muslimin yang berdiri sejak tahun 1928 hingga hari ini ternyata tidak semestinya berjalan lancar sesuai harapan yakni membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat Mesir dengan mencoba menghadang kolonialisme Barat serta paham-paham sekuler yang dibawanya, akan tetapi pada kenyataannya gerakan ini sedikit demi sedikit mengalami keterasingan dinegerinya sendiri dikarenakan pihak penguasa atau pemerintah yang ada saat itu tidak memihak padanya, pun demikian gerakan ini ternyata terus berkembang dan melampaui tertorial wilayah mesir akan tetapi berkembang pula di Negara-negara sekitarnya sebagai simbol gerakan bersama untuk menentang penjajahan dikala itu.
            Dengan semangat penegasan kembali bahwa ajaran Islam Syumuliyyah (lengkap) gerakan ini sesungguhnya ingin mengembalikan kejayaan Islam dengan berdasarkan syariat Islam, yakni Negara sudah seharusnya berlandaskan ajaran Islam karena menurut pandangan Hasan al-Banna jika ingin sebuah Negara itu baik maka kembalilah pada ajaran Allah yang berdasarkan al-Quran dan hadis bukan undang-undang sekuler buatan manusia yang didalamnya cendrung sekali interfensi kepentingan, arogansi, ketidak jujuran dan sebagainya. Dalam perkembangan oleh karenanya wajar jika ada yang menyebut bahwa gerakan ini adalah gerakan fundamentalisme Islam akan tetapi bukankah wajar jika semua uamat Islam fundamental terhadap kedua kedua kitab sucinya?

Daftar Pustaka
Abduh, M. Arief, Nuansa Sufistik dalam Gerakan Pemikiran Ikhwan al-Shafa dan Ikhwan al-Muslimin, dalam Analytica Islamica, ISSN 1411-4380, Vol. 10, No. 2, November 2008.
Al Muslimin, Al Ikhwan , Sumber; Ensiklopedia Gerakan Keagamaan & Pemikiran, October 16 th, 2006.
Albana, Jamal, Runtuhnya Negara Madinah; Islam Kemasyarakatan Versus Islam Kenegaraan, Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Ibrahim, Junaidi, Hasan al-Banna dan Ikhwanul Muslimin Sejarah Pemikiran Islam Posted December 30th, 2007.
Hamzah, Muchotob,  Menjadi Politisi Islami; Fiqih Politik, Yogyakarta: Gama Media, 2004.
http//google.co.id, Qomar ZA, Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin Kamis, 04 Januari 2006 - 18:19:33, akses 9 April 2009.
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung, Mizan, 1997.
Marhumah, Gender dalam Lingkungan Sosial Pesantren (Studi tentang Peran Kiyai dan Nyai dalam Sosialisasi Gender di Pesantern Krapyak Al-Munawir dan Pesantern Al-Maksum Krapyak Yogyakarta), Promosi Doktoral pada 6 februari 2009. di ruang Promosi Doktoral UIN Suka Yogyakarta.
Mawaqir, M,  Hasan al-Banna dan Pemikirannya tentang Pendidikan, Hadharah; Jurnal Keislaman dan Peradaban, ISSN : 0216-5945, Vol. 3 Februari 2006.
Mulyani, Pengaruh Pemikiran Politik Hasan Al-Banna dalam Pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, 2004 Puslinet & UPT. Perpustakaan Pusat.
Mulkhan, Abdul Munir, Runtuhnya Mitos Politik Santri; Strategi Kebudayaan dalam Islam, Yogyakarta: Sipress, 1999.
Sagif, David, Islam Otensitas Liberalisme, terj. Yudian Wahyudi, Yogyakarta, LKiS, 1997.
Shalih, Sa’duddin As-Sayyid,  Jaringan Konspirasi Menentang Islam, terj. Muhammad Thaib, Yogyakarta: Wihdah Press.
Suraji, Imam,  Kiyai dan Transformasi Wacana Kesetaraan Gender di Kota Pekalongan,  I STAIN Pekalongan dalam ISTIQRO; Jurnal Penelitian Perguruan Tinggi Islam.
Arifin, Syamsul, Pertautan Agama dalam Ideologi dan Gerakan Sosioal (Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia) dalam AKADEMIKA; Jurnal Studi Keislaman Vol. 18, No. 2, Maret 2006, diterbitkan oleh Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Balack, Antony,  Pemikiran Politik Islam; dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, Jakarta: Serambi, 2006.
Voll, John L. Esposito & John O, Demokrasi di Negara-negara Muslim; Problem dan Prospeknya, Bandung: Mizan, 1999.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar