Selasa, 29 November 2011

POLITIK LUAR NEGERI ISRAIL (Fenomena Politik Had Power di Abad 21)

POLITIK LUAR NEGERI ISRAIL (Fenomena Politik Had Power di Abad 21) A. Latar belakang Masalah Israel adalah negara zionis yang kuat dengan berbagai kekuatan yang ada didalamnya, dalam bidang militer, ekonomi, diplomasi/politik serta keilmuan sudah tidak diragukan lagi kecakapannya, kalau di telaah secara normative-historis bangsa Yahudi sebetulnya lahir dari proses yang panjang dan sangat membutuhkan energi jika di perdebatkan karena klaim-klaim sejarah selalu menyelimuti keberadaan kaum Yahudi yang ada saat ini, akan tetapi sebagai entri poin untuk meyingkap bagaiman sesunguhnya serta awal negara Israel ini ada dan berada di Timur Tengah, para ahli politik Timur Tengah seperti Amien Rais melihat bahwasannya adanya negara Israel di timur Tengah tak lepas dari diel-diel politik Ameika dan Eropa yang penuh kepentingan di kawasan teluk Timur Tengah yang ada saat ini . fakta ini sesunguhnya tegali dalam rekam sejarah awal adanya bangsa Yahudi yaitu pertama kali bangsa yahudi ini ingin di tempatkan di kawasan Afrika namun dengan berbagai pertimbangan ditentukanlah di Timur Tengah. Dalam analisis lain untuk memahami keberadaan Israel di Timur Tengah sesunguhnya tidak lepas dari peran PBB pada tahun 1947 yang memberi hak penuh kemerdekaannya terhadap bangsa Yahudi di palestina ketika itu , karena dengan kebujakan secara tidak langsung sesunguhnya dunia khususnya barat yang penuh kepentingan telah membaca betapa besarnya potensi di kawasan Tinur Tengah ini B. Pokok Permasalahan Setelah menganalisa gerak serta kebijakn politik luar negeri Israel yang bebas aktif sekaligus cendrung agresif untuk selalu ingin menguasai negara Palestina, tentunya akan timbul sebuah asumsi untuk mengetahui sedalam mungkin tentang kebijakan Israel dengan kekuatan militernya, walaupun seperti yang ada dalam judul di atas sesunguhnya mempertanyakan bangaiman sesunguhnya dinamika serta rel-rel politik dunia ini di abad 21 masih diketemukan ada yang mengunakan kekuatan had power untuk menguasai serta mencaplok negara yang telah berdaulat. 1) Filosofi apa yang digunakan Israel untuk meraih kekuasaan? 2) Resolusi apa yang di tawarkan oleh Negara-negara Islam 3) Bagaimana Peran PBB dan Politik Luar negeri AS Dari ketiga pertanyan-pertanyaan inilah sebenarnya peneliti ingin melihat kebijakan politik luar negeri Israel sekaligus ingin membatasi sebuah lokus agar tidak melenceng atau relefan dengan tujuan awal penelitian yang ada, hal ini penting peneliti lakukan agar diperoleh sebuah data-data serta kajian yang sifatnya ilmiah secara objektif. C. Metodologi Penulisan Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka (librari research). sedangkan sifat dari penelitian ini menggunakan metode penelaahan atau pengamatan secara mendalam (in-depth observation). penelitian pustaka penyusun mencoba mengali data yang ada dari beberapa buku yang ada dan berkaitan dengan topik ini, sedangkan pengamatan penyusun mencoban menelaah serta melihat secara langsung fenomea dari politik luar negeri Israel dengan cara kekerasannya, semua itu peneliti peoleh baik itu dalam bentuk visual ataupun media massa yang lainnya. kedua metode ini sangat penting bagi penyusun karena dengan asumsi ini penyusun akan melihat fenomena serta penilaian secara objektif terhadap politik luar negeri Israel dengan cara kekerasannya oleh masyarakat luas maupun akademisi. Selain metode seperti di atas, tentunya penelitian ini ingin pula mengajak masyarakat untuk menilai serta memandang sekaligun memberikan komentar atas tragedi Palestina yang dilakukan oleh Israel, karena opini yang terus berkembang dimasyarakat peristiwa ini sesunguhnya memiliki dua mata sudut pandang, yaitu konflik dilihat sebagai masalah keagamaan serta dipandang sebagai masalah kemanusiaan. D. Kerangka Teori Melihat fenomena yang terjadi saat ini yaitu perlakuan tidak seimbang yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina menurut hemat peneliti kejadian ini bisa di identifikasi dengan mengunakan kerangka teori Konflik yang di pelopori oleh Ralf dahrendorf dan teori Kelas yang di pelopori oleh Karl Marx, kedua teori ini sesunguhnya memiliki kesamaan yang sangat subtansial yaitu ketika berbicara tentang negara (konteksnya negara Israel) ia melihat negara sebagai alat pemaksa yang dipakai oleh kelas penguasa atau sarana kekerasan yang terorganisasikan serta didominasi oleh suatu kelas sosial yaitu kelas kapitalis. Sedangkan ketika berbicara dalam ruang lingkup politik keduanya pula berorentasi pada sisi tujuan bagaimana memperoleh kekuasaan, mempertahankan kekuasaan atau mempertahankan dominasi yang semuanya dalam control kelas social kapitalis, dari teori inilah (Konflik-Kelas) sesunguhnya posisi dan tujuan Israel bisa dilihat dal percaturannya di dunia ini, antara negara dan politik sesunguhnya dijadikan sebauh alat untuk membelenggu, membungkam serta mendominasi berbagai kepentingan serta kebijakan yang ada dengan satu tujuan sebuah kekuasaan yang tiada tara tanpa melihat akibatnya, dan fakta inilah yang terjadi saat ini terhadap palestina yang kedaulatannya dicabik-cabik oleh Israel. F. Pembahasaan  Israel Negara Bengis Israel hanya mengenal satu kata yaitu dengan cara kekerasan untuk mencapai segala tujuannya, Israel pun tidak akan segan-segan membantai semua manusia untuk menunjukan dominasinya di Timur Tengah, rekam sejarah banyak membuktikan ketika ada konflik dengan negara-negara Arab seperti Mesir, Jodania, Libanon dan Paletina, Israel selalu mengunakan kekuatan militernya tanpa lagi memperdulikan Hak Asasi manusia serta tragedi kemanusain yang akan di timbukannya. sesuai dengan teori konflik yaitu siapa yang kuat itu akan menang atau sama seperti hukum rimba siapa yang kuat dan tangguh maka ia akan berkuasa di hutan. Tragedi kemanusiaan yang terus ditimbilkan oleh politik luar negeri Israel ini sebetulnya yang menjadi konsen dalam perkembangaan selanjutnya, dengan dalih apapun kekerasan sudah seharusnya di tiadakan karena semua itu melangar HAM, tidak sesuai dengan semangat Demokrasi, serta mencenderai kedaulatan negara lain, jika mau jujur serta mengunakan pendekatan etis-moral, siapapun yang melihat kekejaman Israel baik itu warga Palestina, warga Israel ataupun semua negara yang ada tentunya akan mengecam cara-cara yang dilakukan oleh Israel karena akibat dari semu itu banyak sekali kerugian yang ditimbulkan baik secara materil maupun kehilangan nyawa bagi rakyat yang tidak bersalah.  Resolusi Negara-negara Islam Pertanyaan selanjutnya dimana suara negara Islam yang ada di Timur Tengah dan OKI dalam melihat kebrutalan Israel, para pengmat melihat ada beberapa faktor yang sulit mempersatukan meraka, antara lain; 1) Faktor Sejarah 2) Faktor Ideologi 3) Faktor Kepentingan Dari ketiga faktor inilah minimal sulit bersatunya negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah , semisal Arab Saudi yang memiliki kedekatan dengan Amerika Serikat dalam hal keamanan nasionalnya maka akhirnya negara ini sulit untuk bergerak membela sesamanya. Jikalau negara-negara Islam beani dengan tegas seperti yang di lakukan persiden Iran Ahmad Dinejad dalam pernyataannya, tentunya akan bisa meminimalisir kebrutalan Israel, dalam bentuk reiilnya diplomasi sudah seharusnya terus dibangun dan diwacanakan untuk mencegak Israel, selain itu opsi seperti; - Menghentikan pasokan Minyak dan Gas (politik minyak) - Menarik Dubes negara-negara Islam yang ada keduanya harus terus dan berani dilakukan, jika ketegasan ini tidak muncul para pengamat menilai konflik yang ditimbuilkan Israel akan terus terjadi untuk rentang waktu yang lebih lama lagi. Selain kebijakn seperti itu tentunya saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk menunjukan kekuatan negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah untuk bisa bersatu bahu membahu untuk kepentingan bersama.  Peran PBB dan Amerika Pernyataan “jangan banyak berharap PBB dan Amerika Serikat” sebetulnya ada dua sisi cara pandang untuk melihat peran kedua lembaga dunia ini, pertama adalah sikap apatis, sikap apatis ini tentunya bukan tanpa dasar melainkan melihat bukti secara empiris, seperti beberapa yang lalu ketika salalh satu negara mengajukan resolusi ke DK PBB maka secara langsung Negara Amerika Srikat dan Inggris menolak secara langsung, kasus lain Tony Blair sebagai utusan khusus perdamaian PPB untuk wilayah Timur Tengah hingga hari ke 11 agresi Israel ke Palestina belum sama sekali terjun dan bertandang ke jalur Gaza untuk mencairkan suasana yang ada , fakta lain seperti yang dilakukan Barak Obama (pesiden terpilih Amerika Serikat yang akan dilantik pada 20 Januari 2009 mendatang) menunjukan politik standar gandanya, ia tidak pernah sama sekali berkomentar tentang agresi Israel saat ini, padahal ketika terjadi bom Bombay di India serat mewacanakan ekonomi masa depan Amerika Serikat ia sangat vocal dan tegas , inilah sesunguhnya wajah PBB dan Amerika Serikat dengan politik setandar gandanya, semua itu terjadi bukan tanpa sebab-musabab meliankan ada kepentingan serta agenda besar yang diinginkan oleh negar maju tersebut, tak lain adalah Minyak dan Gas. Kedua adalah cambuk untuk negara-negara Islam Timur Tengah untuk bangkit dan bersatu, karena sangat mustahil kemajuan perdamaian hanya di tumpukan pad PBB dan Amerika Serika, akan tetapi semua itu akan terjdai dan tewujud dari dan oleh diri kita. G. Analisis Pemikiran 1) Klaim-kalim Israel Atas Palestina Israel mendasarkan klaim-klaimnya untuk mendirikan sebuah negara di palestina, setidaknya ada tiga sumber utama yang dijadikan patokan pertama, warisan Pejanjian Lama dari Kitab Injil, kedua Deklarasi Belfour yang diumumkan Inggris Raya pada tahun 1917, ketiga pembagian Palestina menjadi negara Arab dan negara Yahudi yang di rekomendasikan oleh majelis Umum PBB pada tahun 1947 . klaim-kalim yang akhirnya menjadi jastifikasi untuk mendirikan negara Israel di tanah Palestina dalam prespektif sejarah sebenarnya banyak diragukan oleh para ahli arkeologi, para ahli arkiologi modern saat inipun secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kanaan telah mendiami Palestina sejak masa-masa paling kuno yang dapat di catat sekitar 3000 SM hingga sekitar 1700 SM. Fakta-fakta sejarah ini yang sering menjadi alat demi kepentingan kekuasaan saat ini, jika hal ini yang dijadikan sebuah patokan sebenarnya dalam logika sederhana teori seperti ini sangatlah lemah sebagai jastifikasi, secara normative berdirinya sebuah negara tentunya hasil dari perjuangan untuk memerdekakan negaranya yang di dukung oleh masyarakat atau rakyatnya. 2) Intifadhah Intifadhah adalah sebuah gerakan “melepaskan diri” atau pemberontakan yang terjadi pada 9 Desember 1987 di jalur Gaza lalu dengan cepatnya menyebar ke Tepi Barat Palestina , gerakan ini pada awalnya merupakan sebuah respon masyarakat Gaza pada tahun 1986 terhadap berbagai propaganda dan serangan Israel di Gaza, dalam dukumen yang lain juga disebutkan bahwa Intifadhah merupakan ketegangan yang terjadi secara fisik antara militer dan para pemuda Gaza ketika itu, hingga hari ini gerakan Intifadhah teus berjalan dengan semangat perlawanan jihad walaupun menghadapi tentara Israel dengan senjata seadanya, bagi mereka hak asasi dan mempertahankan tanah Palestina merupakan sebuah kewajiban atas hak-hak yang mereka yakini, selain itu semangat dukungan yang sifatnya normative seperti tanah yang di janjikan Tuhan terus menjadi pegangan yang sangat di junjung tinggi. 3) Israel Ancaman Bagi Perdamaian Dunia Asumsi Israel sebagaiancaman bagi perdamaian dunia sebenarnya sangat tidak berlebihan jika melihat fakta kebijakan politik luar negerinya dengan cara agresi militernya, senyatanya negara yang berada dekat dengan Israel seperti Mesir, Libanon dan juga Jordania kesemuanya pernah merasakan berbagai serangan militer yang di lancarkan oleh Israel G. Kesimpulan Fenomena itu merupakan radikalisme yang disebabkan oleh kegagalan Amerika dalam menyelesaikan krisis politik pasca tergulingnya Presiden Irak, Saddam Hussein, di tahun 2003 lalu. (kompas Kompas, 21/11). .(CMM/M Hilaly Basya) 21-January-2007 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar