Selasa, 29 November 2011

KITAB SUCI DAN KENABIAN


KITAB SUCI DAN KENABIAN
Oleh. Hartono

Corak ilmu pengetahuan  yanga sangat umum pada abad ke-19 adalah religiouswissenschaft dan  biblical criticism (kritik terhadap injil), pendekatan studi agama sekarang ini cenderung mengikuti bentuk atau susunan yang umum, yang dimulai dengan menggabarkan catatan suci (wahyu), kehidupan dan ajaran nabi, orang suci atau pendiri-pendiri agama. Begitu juga ukuran atau patokan teks dalam islam menepatkan pebicaraan tentang al-qur’an dan nabi Muhammad sebagai unsure yang lebih penting. Betapapun ini mungkin bermanfaat untuk memahami asal usul dan sejarah pembentukan tradisi tertentu, “buku dan pemimpin yang agung” pendekatan studi/Teori humanistic harus  manjadi cara alternative untuk memahai agama.

            Dengan menempatkan pembahasan tentang injil (kitab) dan kenabian di awal buku keagamaan,itu penting untuk melanjutkan tradisi yang kerapkali surut oleh subject lain  yang di perkenalkan di tiap-tiap bab baru. Melalui pertanyaan-pertanyaan penting pembentukan teks dari kitab apa saja dan sejarah seorang nabi atau pendiri peribadatan, upacara agama, dan arti pertemuan sebagai system simbul pola di dalam kehidupan agama hindu, budda, tao, jews, Kristen dan muslim.

Membangun kembali Philological (ilmu bahasa) tentang maksud, kata dari ungkapan al-quran di jaman semenjak masyarakat islam lahir di Arab atau di dalam sastra florescence arab tengah di abad 8 dan 9 tidak cukup petunjuk untuk memahami budaya tempat masyarakat muslim dimana al-quran di turunkan.Bahkan ketika kritik literary (kesastraan) dan historical (kesejarahan) di perluas menjadi  sejarah penafsiran teks, juga gagal memecahkan masalah pokok studi agama ini.

Memperbaiki memerlukan (menuntut) tidak bebas (menunda) sejarah, bahasa, dan analisis sastra al-quran atau biografi nabi, untuk metode yang di pakai didalam ilmu pengetahuan demikian itu (mempunyai)   tak dapat di sangsikan beruna hasil. Baik, Berdasarkan pada penemuan teks, sejarah, dan studi sastra, studi agama harus terus mempertanyaakan sesuatu yang berbeda tentang bagaimana teks sperti itu membuktikan tentang agama orang-orang islam.

Untuk menjawab pertanyaan agama, keadaan budaya dimana kitab dan nabi di pelajari dan peranan penjiwaan yang bersifat pendidikan, ibadah (upacara agama), dan secara social harus juga menjadi unsure dalam menganalisis.  Ada suatu kebutuhan untuk menemukan konsep islam tentang kitab dan nabi tersembunyi dalam pokok islam (muslim).

Akhirnya Proses simbolisme dan sosialisasi yang melekat dalam masyarakat muslim (orang islam) dan juga dalam teks menulis sampai dalam mencari Sesutu yang menimbulkan perbedaan tentang kategori tradisis dalam kitab suci dan kenabian.  2. menyelidiki yang mana mengikuti
Point 2.
William A Graham, dengan analisisnya terhadap al-Qur’an menggunakan pendekatan filologi  dan bagainya qur’an sebagai tek kitab suci merupakan titik awal unuk memahami kajian Islamic studies, pemikiran al-Quran pada dasarnya berbeda dengan pemikiran barat., oleh karena itu di perlukan pemahaman yang sama antara qur’an dan tradisi muslim.
A. ‘Dalam sejarah agama-aga­ma
Charles J Adams, pada awal-awal kajian Islamic studies
Pertama adanya sebuah keterkaitan antara sejarawan agama-agama dengan data yang mereka miliki sebelumnya meskipun hanya member kontribusi kecil terhadap pertumbuhan pengetahuan masyarakat islam dan tradisi agama mereka,
Kedua tema besar yang menjadi pokok kajian mereka belum menyoroti pengalaman islam atau membicarakan probelem yang ada dalam keilmuan islam.

B. Adalah Earle H. Wugaugh,
yang menggunakan pendekatan fenomenologinya
Pertama, walaupun penekanan dalam penyelidikan tentang apa yang dilakukan masyarakat dan bagaimana cara betindak dari pada apa yang mereka katakana dan percayai membawa disiplin sejarah agama-agama ke dalam konflik tajam.
Kedua, adanya pola piker apologis, yaitu sebagai masyarakat yang beragama berpendapat bahwa analisis sejarah agama-agama itu telah usang, banyak kekurangan dan harus tunduk pada wahyu Tuhan, tanpa melihat hasilnya bermakna atau tidak.

PENTING
Polmik di atas menjadikan sebuah jalan untuk membuat metode bagi Earle H. Wugaugh salah satunya dengan jalan profesioanlisme  dan metode verstehen atau pemahaman.

C. Teori Model dan Studi Agama
1. Pendekatan kesejarahan nabitidak bisa karena Nabi figur paradigmatik yaitu dimana Rasulullah selalu dilindungi, dimulyakan, dijaga oleh Allah yang pada dirinya sifat-sifat baik ditanamkan oleh Allah, sehingga dalam keadaan seperti ini Nabi Muhammad tidak bisa ditemaptkan pada satu tempat apapun.
      AKANTETAPI, kajian ini dalam pemahaman sejarah agama-agama tidak akan memberikan kontribusi apapun ketika tidak dilepaskan dari keyakinan-keyakinan yang ada seperti pencaraian Tuahan Yesus oleh Albert Schweitzer
2.      TEORI_TEORI, Max Weber dan Joachim Wach keorganisasian dan konstitusi kelompok yang ada dimasing-masing kelompok tersebut, sebagai figur yang dipandang  sebagi contoh klasik.
3. Dimensi lain dari metodologi sejarah agama-agama adalah untuk menguji data keagamaan guna melihat tangga-tanganya yaitu dengan mengeluarkan struktur yang memberikan koherensi dan kontinuitas dengan materi, dengan cara itu diharapkan dapat menentukan dinamika batiniah kehidupan agama. artinya dengan teori ini ritual keagamaan dicoba diliahat dalam dimensi fenomenologis  yang dilihat dari sudut pandang kebudayaan, social dan yang lainnya.

Mircea Eliade yaitu Patterns in Comparative religion yaitu dalam hal ini pola-pola yang digunakan muncul bermuatan keagamaan sehingga dapat digunakan sebagai alat interpretasi dalam banyak kontek oleh para peneliti,

monovalent :satu kasih
D. Teori-Teori Interpretasi terhadap Agama
a).Robert Bird (dengan teori tantang kategori-kategori)
b).Mircea Eliade (dengan teori Pola-pola) memberikan kanter dan kontradiksi, akan tetapi dengan demikian, upaya untuk menemukan makna telah menata “fakta-fakta” yang saling behubungan dan paham tentang model adalah cara yang lebih tepat dimana kita mempergunakan keahlian analisis untuk menciptakan makna di luar dari data yang berdimensi banyak.

E. Teori Model:
Konsep atau teori model dengan frame of reference F.Hockett pada 1954  akhirnya menemukan serta menerima aplikasi multidisiplin dan akibatnya mengambil sejumlah makna yang bermacam-macam. Kedua; Max Black menganalisis berbgai makna istilah “model” yang di dalamnya termasuk konstruksi miniature, membuat sekala model, model-model analog, model matematika dan model teoritik.
Ketiga; Stephen Pepper dalam Root Metaphor, yang disebut model implisit atau tersembunyi yang beoprasi dalam pikiran penulis. Max Black menyebut metapora ini sebagai “arketip konseptual” yaitu sebuah daftar sistematik gagasan-gagasan yang dijelaskan seorang pemikir dengan perluasan analogis, beberapa domain di man aide-ide tidak segera langsung diterapkan
Ian Ramesey, dari Oxford Universiti dengan teorinya “model Penyingkapan” ia mengatakan bahwa model-model tidak hanya menyajikan gagasan-gasan tentang realitas, tatapi juga juga muatan kognitifnya. seperti ungkapanya “dengan mengunakan model-model yang disedikan oleh setiap disiplin ilmu kita dapat memahami misteri yang ada dihadapan kita bahkan dapat memberi kontribusi bagi penganut agama dan akademik

F. Contoh 1). Ramesey; dengan teori model ia ingin melihat dimensi Kritus dan Gereja.
                2). Ewert Cousins; Teori model untuk melihat wilayah pengalaman agama pertama “model-model pengalaman” (experiential models). (model bersifat atau mengimplikasikan varientas pengalaman keagamaan sedangkan pengalaman bersifat subjektif) kedua metode memperhatikan ekspresi perumpamaan (expressive models) yaitu mengambil seluruh bentuk yang digunakan oleh orang beragama dalam menyatakan pengalaman keagamaan dirinya. Normatif-Historis (Richad C Martien dalam ilmu social, pemikiran, lembaga, interaksi sosial).
G. INTI MODEL “memetakan korelasi antara pengalaman dan ekpresinya”
Contoh teori model ini seperti yang pernah dilakukan oleh Cousins yaitu dengan cara berkeyakinan bahwa perasaan kosmik seperti yang ada dalam injil tidak harus dimaknai sesaui injil yang ada melainkan lebih melihat realitas yang ada karena pada saat ini ada kecendrungan meliahat teologi hanya secara parsial, yang akhirnya sering terjadi konflik dengan mengklaim kebenaran.

Teori model dalam analisis vinal didasarkan atau berasal pada kesesuaiannya dengan data lain di dalam  komunitas budaya atau ilmiah dan tidak dari komunitas agama itu sendiri, maka pada akhirnya teori ini akan kontadisi dengan struktur agama yang lebih umum dan normatif, analisis ini sesungguhnya menunjukan kekayaan dan vareintes yang dapat ditafsirkan di dalam agama itu sendiri dan cara ini pula menunjukan bahwa agama sepakat tradisi itu tumbuh dalam pemahaman dirinya sendiri (Historisitas(historisita dalam Richad C martien; pemikiran, institusi,alat atau simbol dan  interkasi sosial).

H. MASALAH KENABIAN
a. Sirrah Muhammad karta Ibn Ishaq
Wansbrough berpendapat tentang karya Ibn Ishaq dalam The Sectarian Milieu, karynya mengandung 1). formula paling awal tentang identitas Muslim” 2).  sekaligus motivasi konseptual yang bersifat polmik.

b. Nabi Muhammd SAW di mata penulis Barat. peneliti Barat dengan “metode penelitian ilmiah sejati” yaitu sebuah pendekatan yang terlepas dari berbagai embel-embel atau tidak ada tendensi apapun yang melatar belakangi penelitian terhadap Nabi Muhammad seperti halnya yang dilakukan Caren Amstrong.
            Namun menurut hemat penyusun dengan penelitian ilmiah” yang dikonstruksi atau dihegemoni oleh Barat dengan perjalanan yang panajang, berbagai metode ilmiah yang ditawarkan (rasionalitas), penyusun sedikit menyimpulkan ada kekosongan ruh atau terlepasnya pada pijakan di wilayah ontologi sebagai awal terjadinya objek penelitian khususnya pada sosok Nabi Muhammad SAW, mungkin teori dobel moven Fazlur Rahman bisa diterapkan atau dipakai.

I. Karakter superior Nabi
pertama, masalah Isra dan Mi’raj Nabi itu dilakukan dengan ruh saja atau berserta jasadnya (raga kasarnya),
kedua, masalah kepemimpinan dan kejeniusan Nabi dalam strategi perang, menurut Abbas Mahmud al-Aqqad, beliau menyatakan bahwa Napoleon (tiga kekuatan moral, nialai numeric serta mata-mata) dan Hitler (Penjelajahan, Komunikasi dan menanamkan rasa takut sudah pernah dilakukan pula, namun pada masa Hitler di putarbalikan karena hanya untuk kepentingan kekuasan semata lain dengan Nabi ada unsur Ideologis walaupun tidak dipaksakan atau persuasive) dalam strategi.

Ibn Ishaq sitz im leben jalan itulah membuat Nabi lebih Universal dapat diterima. Tekanannya Nabi ditempatkan pada sosok yang diidealkan buakan pada batasan sebagai manusia biasa “sosok paradigmatik”.

Pendekatan;
NORMATIF; Pemahaman agama sesuai apa yang diajarkan al-Qur’an, pemahaman seperti ini menurut para ahli Islamic studies terjadi hanya pada Nabi Muhammad SAW.

                       
  Historisitas
General Partten                                             Paarticular Partten/
1.Pendekatan Humanistik                          1. Relegius Exsperien (Pengalaman agama)
2. Pendekatan Ilmu sosial                          2. Relegius Studies   - Kajian Kitab Suci
3. Pendekatan Sosiologi                                                                  - Kajian Kenabian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar