Mengenang Kyai Saleh Darat,
Guru Pendiri NU dan Muhammadiyah
Rewieu : Hartono
Setiap tanggal 10 Syawal makam Kyai Saleh
Darat banyak dikunjungi peziarah dari berbagai kota pesisir pantai utara
Jawa Tengah , seperti Tegal, Solo, Pekalongan, Kendal, Kabupaten Semarang,
Demak, Pati, dan Grobogan. Pengunjung kebanyakan datang pagi-pagi, namun
sebagian sudah menginap di tempat itu beberapa hari sebelumnya. KH. Saleh Darat
merupakan sosok ulama yang memilki andil besar dalam penyebaran Islam di Pantai
Utara jawa Khususnnya di Semarang. Lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan
Mayong, Jepara, sekitar tahun 1820. Dalam kitab-kitab yang ditulisnya, dia
menggunakan nama Syeikh Haji Muhammad Shalih bin Umar Al-Samarani. Sebutan
kata ”Darat” di belakang namanya adalah sebutan masyarakat untuk
menunjukkan tempat dia tinggal, yakni di Kampung Darat, Kelurahan Dadapsari,
Semarang Utara. Ayahnya, KH Umar, adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran
Diponegoro dalam perang melawan Belanda di wilayah pesisir utara.
Makam Kiai Saleh Darat di TPU Bergota
Semarang
Sosok Pendidik
Banyak satri yang belajar kepada beliau
untuk memperdalam ilmu dan menjadi ulama besar yang menyebarkan ajaran Islam,
bahkan dua orang murid menjadi ulama terkenal yaitu KH Hasyim Asy’ari yang
kemudian mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah) selain itu ada juga KH Mahfudz (pendiri Pondok Pesantren Termas,
Pacitan), KH Idris (pendiri Pondok Pesantren Jamsaren, Solo), KH Sya’ban
(ulama ahli falaq dari Semarang), Penghulu Tafsir Anom dari Keraton Surakarta,
KH Dalhar (pendiri Ponpes Watucongol, Muntilan), dan Kiai Moenawir (Krapyak,
Yogyakarta).Selain itu beliau juga merupakan guru spiritualitas RA. Kartini.
Dengan demikian dapat dikatakan, Kiai Saleh Darat merupakan guru bagi
ulama-ulama besar di Tanah Jawa. Bahkan Nusantara.
Kiai Saleh Darat memperingatkan kepada
orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dalam keimanannya, bahwa ia akan
jatuh pada pemahaman atau keyakinan yang sesat. Dalam Kitab Tarjamah Sabil
al-‘Abid ‘Ala Jauharah al-Tauhid, KH Sholeh Darat memberikan nasehat bahwa,
orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan sama sekali dalam keimanannya, akan
jatuh pada paham dan pemahaman yang sesat. Sebagai misal, paham kebatinan
menegaskan bahwa amal yang diterima oleh Allah Ta ’Ala adalah amaliyah hati
yang dipararelkan dengan paham manunggaling kawulo Gusti-nya Syaikh Siti Jenar
dan berakhir tragis pada perilaku taklid buta. Iman orang taklid tidak sah
menurut ulama muhaqqiqin, demikian tegasnya. Lebih jauh diperingatkan juga,
agar masyarakat awam tak terpesona oleh kelakuan orang yang mengaku memiliki
ilmu hakekat tapi meninggalkan amalan-amalan syariat lainnya, seperti sholat
dan amalan fardhu lainnya. Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya
kebatilan, demikian inti petuah religius beliau.
Sebagai ulama yang berpikiran maju, ia
senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru
bertawakal, menyerahkan semuanya pada Allah. Ia sangat mencela orang yang tidak
mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah
SWT. Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan
manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan. Tradisi berpikir kritis
dan mengajarkan ilmu agama ini terus dikembangkan hingga akhir hayatnya.
Tulisan Kyai Saleh Darat
KH Saleh darat banyak menulis kitab-kitab
dengan menggunakan bahasa PEGON ( hurup Arab dengan menggunakan Bahasa Jawa)
Bahkan Dialah pelopor penulisan buku-buku agama dalam bahasa Jawa. Beliau pula
yg menterjemahkan Alquran yakni Kitab Faid ar-Rahman yang merupakan Tafsir
pertama di Nusantara yang ditulis dengan Hurup Pegon, Terjemahan Alquran dalam
aneka versi bahasa, bukan hal asing lagi sekarang. Pada Jaman itu pemerintah
Hindia Belanda membuat larangan penterjemahan kitab suci Al-Qur’an akan tetapi
beliau mampu mensiasati situasi demikian dengan menulisnya karyanya menggunakan
arab jawa atau Pegon maka dengan demikian tidak diketahui oleh Belanda. Karya
karya beliau lainnya adalah Kitab Majmu’ah asy-Syariah, Al Kafiyah li al-’Awwam
(Buku Kumpulan Syariat yang Pantas bagi Orang Awam), dan kitab Munjiyat (Buku
tentang Penyelamat) yang merupakan saduran dari buku Ihya’ ‘Ulum ad-Din karya
Imam Al Ghazali, Kitab Al Hikam (Buku tentang Hikmah), Kitab Lata’if at-Taharah
(Buku tentang Rahasia Bersuci), Kitab Manasik al-Hajj, Kitab Pasalatan,
Tarjamah Sabil Al-’Abid ‘ala Jauharah at-Tauhid, Mursyid al Wajiz, Minhaj
al-Atqiya’, Kitab hadis al-Mi’raj, dan Kitab Asrar as-Salah.Hingga kini
Karya-karya beliau masih di baca di pondok-pondok pesantren Di jawa.
Mempengaruhi Pemikiran RA. Kartini
KH Saleh Darat sangat mempengaruhi pemikiran pejuang
wanita Indonesia yaitu RA Kartini, hadiah paling berharga dalam pernikahannya
adalah kitab-kitab yang diterjemahkan dengan huruf pegon dengan demikian RA
Kartini mampu mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an. Judul tulisannya “Habis Gelap
Terbitlah Terang” terinspirasi dari penggalan ayat : “mina dzulumati ila nur“.
Kartini sungguh girang menerima hadiah itu, dalam kesempatan mengikuti
pengajian Kyai Saleh Darat di Pendopo Kasultanan Demak mengungkapkan: ”Selama
ini surat Al Fatihah gelap bagi saya, saya tidak mengerti sedikit pun akan
maknanya, tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna
yang tersirat sekali pun, karena Romo Kiai menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang
saya pahami”.