KITAB SUCI DAN
KENABIAN
Oleh. Hartono
Corak ilmu
pengetahuan yanga sangat umum pada abad
ke-19 adalah religiouswissenschaft dan biblical criticism (kritik
terhadap injil), pendekatan studi agama sekarang ini cenderung mengikuti bentuk
atau susunan yang umum, yang dimulai dengan menggabarkan catatan suci
(wahyu), kehidupan dan ajaran nabi, orang suci atau
pendiri-pendiri agama. Begitu juga ukuran atau patokan teks dalam islam
menepatkan pebicaraan tentang al-qur’an dan nabi Muhammad sebagai unsure
yang lebih penting. Betapapun ini mungkin bermanfaat untuk memahami
asal usul dan sejarah pembentukan tradisi tertentu, “buku dan pemimpin yang
agung” pendekatan studi/Teori humanistic harus manjadi cara alternative untuk memahai agama.
Dengan
menempatkan pembahasan tentang injil (kitab) dan kenabian di awal
buku keagamaan,itu penting untuk melanjutkan tradisi yang kerapkali surut oleh
subject lain yang di perkenalkan di
tiap-tiap bab baru. Melalui pertanyaan-pertanyaan penting pembentukan teks dari
kitab apa saja dan sejarah seorang nabi atau pendiri peribadatan, upacara
agama, dan arti pertemuan sebagai system simbul pola di dalam kehidupan agama
hindu, budda, tao, jews, Kristen dan muslim.
Membangun kembali
Philological (ilmu bahasa) tentang maksud, kata dari ungkapan al-quran di jaman
semenjak masyarakat islam lahir di Arab atau di dalam sastra florescence
arab tengah di abad 8 dan 9 tidak cukup petunjuk untuk memahami budaya
tempat masyarakat muslim dimana al-quran di turunkan.Bahkan ketika kritik literary
(kesastraan) dan historical (kesejarahan) di perluas
menjadi sejarah penafsiran teks,
juga gagal memecahkan masalah pokok studi agama ini.
Memperbaiki memerlukan
(menuntut) tidak bebas (menunda) sejarah, bahasa, dan analisis sastra al-quran
atau biografi nabi, untuk metode yang di pakai didalam ilmu pengetahuan
demikian itu (mempunyai) tak dapat di
sangsikan beruna hasil. Baik, Berdasarkan pada penemuan teks, sejarah, dan
studi sastra, studi agama harus terus mempertanyaakan sesuatu yang berbeda
tentang bagaimana teks sperti itu membuktikan tentang agama orang-orang islam.
Untuk menjawab pertanyaan agama,
keadaan budaya dimana kitab dan nabi di pelajari dan peranan penjiwaan yang
bersifat pendidikan, ibadah (upacara agama), dan secara social harus juga
menjadi unsure dalam menganalisis. Ada
suatu kebutuhan untuk menemukan konsep islam tentang kitab dan nabi tersembunyi
dalam pokok islam (muslim).
Akhirnya Proses
simbolisme dan sosialisasi yang melekat dalam masyarakat muslim (orang islam) dan
juga dalam teks menulis sampai dalam mencari Sesutu yang menimbulkan perbedaan
tentang kategori tradisis dalam kitab suci dan kenabian. 2. menyelidiki yang mana mengikuti
Point 2.
William
A Graham, dengan analisisnya terhadap al-Qur’an menggunakan pendekatan
filologi dan bagainya qur’an sebagai tek
kitab suci merupakan titik awal unuk memahami kajian Islamic studies,
pemikiran al-Quran pada dasarnya berbeda dengan pemikiran barat., oleh karena
itu di perlukan pemahaman yang sama antara qur’an dan tradisi muslim.
A. ‘Dalam sejarah agama-agama
Charles J
Adams, pada awal-awal kajian Islamic studies
Pertama
adanya
sebuah keterkaitan antara sejarawan agama-agama dengan data yang mereka miliki
sebelumnya meskipun hanya member kontribusi kecil terhadap pertumbuhan
pengetahuan masyarakat islam dan tradisi agama mereka,
Kedua tema besar yang menjadi
pokok kajian mereka belum menyoroti pengalaman islam atau membicarakan probelem
yang ada dalam keilmuan islam.
B. Adalah
Earle H. Wugaugh,
yang
menggunakan pendekatan fenomenologinya
Pertama,
walaupun penekanan dalam penyelidikan tentang apa yang dilakukan masyarakat dan
bagaimana cara betindak dari pada apa yang mereka katakana dan percayai membawa
disiplin sejarah agama-agama ke dalam konflik tajam.
Kedua,
adanya pola piker apologis, yaitu sebagai masyarakat yang beragama berpendapat
bahwa analisis sejarah agama-agama itu telah usang, banyak kekurangan dan harus
tunduk pada wahyu Tuhan, tanpa melihat hasilnya bermakna atau tidak.
PENTING
Polmik di atas menjadikan sebuah
jalan untuk membuat metode bagi Earle H. Wugaugh salah satunya dengan jalan profesioanlisme
dan metode verstehen atau
pemahaman.
C. Teori Model dan Studi
Agama
1.
Pendekatan kesejarahan nabitidak bisa karena Nabi figur paradigmatik
yaitu dimana Rasulullah selalu dilindungi, dimulyakan, dijaga oleh Allah yang
pada dirinya sifat-sifat baik ditanamkan oleh Allah, sehingga dalam keadaan
seperti ini Nabi Muhammad tidak bisa ditemaptkan pada satu tempat apapun.
AKANTETAPI, kajian ini dalam pemahaman
sejarah agama-agama tidak akan memberikan kontribusi apapun ketika tidak
dilepaskan dari keyakinan-keyakinan yang ada seperti pencaraian Tuahan Yesus
oleh Albert Schweitzer
2. TEORI_TEORI, Max Weber dan Joachim
Wach keorganisasian dan konstitusi kelompok yang ada dimasing-masing kelompok
tersebut, sebagai figur yang dipandang
sebagi contoh klasik.
3. Dimensi
lain dari metodologi sejarah agama-agama adalah untuk menguji data keagamaan
guna melihat tangga-tanganya yaitu dengan mengeluarkan struktur yang memberikan
koherensi dan kontinuitas dengan materi, dengan cara itu diharapkan dapat
menentukan dinamika batiniah kehidupan agama. artinya dengan teori ini ritual
keagamaan dicoba diliahat dalam dimensi fenomenologis yang dilihat dari sudut pandang kebudayaan,
social dan yang lainnya.
Mircea Eliade yaitu Patterns
in Comparative religion
yaitu dalam hal ini pola-pola yang digunakan muncul bermuatan keagamaan
sehingga dapat digunakan sebagai alat interpretasi dalam banyak kontek oleh
para peneliti,
monovalent
:satu kasih
D. Teori-Teori
Interpretasi terhadap Agama
a).Robert Bird (dengan teori tantang
kategori-kategori)
b).Mircea Eliade (dengan teori
Pola-pola) memberikan kanter dan kontradiksi, akan tetapi dengan demikian,
upaya untuk menemukan makna telah menata “fakta-fakta” yang saling behubungan
dan paham tentang model adalah cara yang lebih tepat dimana kita mempergunakan
keahlian analisis untuk menciptakan makna di luar dari data yang berdimensi
banyak.
E. Teori Model:
Konsep atau teori model
dengan frame of reference F.Hockett pada 1954 akhirnya menemukan serta menerima aplikasi
multidisiplin dan akibatnya mengambil sejumlah makna yang bermacam-macam. Kedua;
Max Black menganalisis berbgai makna istilah “model” yang di dalamnya termasuk
konstruksi miniature, membuat sekala model, model-model analog, model
matematika dan model teoritik.
Ketiga;
Stephen Pepper dalam Root Metaphor, yang disebut model implisit atau
tersembunyi yang beoprasi dalam pikiran penulis. Max Black menyebut metapora
ini sebagai “arketip konseptual” yaitu sebuah daftar sistematik gagasan-gagasan
yang dijelaskan seorang pemikir dengan perluasan analogis, beberapa domain di
man aide-ide tidak segera langsung diterapkan
Ian
Ramesey, dari Oxford Universiti dengan teorinya “model Penyingkapan” ia mengatakan bahwa
model-model tidak hanya menyajikan gagasan-gasan tentang realitas, tatapi juga
juga muatan kognitifnya. seperti ungkapanya “dengan mengunakan model-model yang
disedikan oleh setiap disiplin ilmu kita dapat memahami misteri yang ada
dihadapan kita bahkan dapat memberi kontribusi bagi penganut agama dan akademik
F. Contoh
1). Ramesey; dengan
teori model ia ingin melihat dimensi Kritus dan Gereja.
2). Ewert Cousins; Teori model untuk
melihat wilayah pengalaman agama pertama “model-model pengalaman” (experiential
models). (model bersifat atau mengimplikasikan varientas pengalaman
keagamaan sedangkan pengalaman bersifat subjektif) kedua metode
memperhatikan ekspresi perumpamaan (expressive models) yaitu mengambil
seluruh bentuk yang digunakan oleh orang beragama dalam menyatakan pengalaman
keagamaan dirinya. Normatif-Historis (Richad C Martien dalam ilmu social,
pemikiran, lembaga, interaksi sosial).
G. INTI
MODEL
“memetakan korelasi antara pengalaman dan ekpresinya”
Contoh
teori model
ini seperti yang pernah dilakukan oleh Cousins yaitu dengan cara berkeyakinan
bahwa perasaan kosmik seperti yang ada dalam injil tidak harus dimaknai sesaui
injil yang ada melainkan lebih melihat realitas yang ada karena pada saat ini
ada kecendrungan meliahat teologi hanya secara parsial, yang akhirnya sering
terjadi konflik dengan mengklaim kebenaran.
Teori
model dalam analisis vinal didasarkan atau berasal pada kesesuaiannya dengan data
lain di dalam komunitas budaya atau
ilmiah dan tidak dari komunitas agama itu sendiri, maka pada akhirnya teori ini
akan kontadisi dengan struktur agama yang lebih umum dan normatif, analisis ini
sesungguhnya menunjukan kekayaan dan vareintes yang dapat ditafsirkan di dalam
agama itu sendiri dan cara ini pula menunjukan bahwa agama sepakat tradisi itu
tumbuh dalam pemahaman dirinya sendiri (Historisitas(historisita dalam
Richad C martien; pemikiran, institusi,alat atau simbol dan interkasi sosial).
H. MASALAH
KENABIAN
a. Sirrah Muhammad
karta Ibn Ishaq
Wansbrough berpendapat tentang
karya Ibn Ishaq dalam The Sectarian Milieu, karynya mengandung 1).
formula paling awal tentang identitas Muslim” 2). sekaligus motivasi konseptual yang bersifat
polmik.
b. Nabi Muhammd SAW di
mata penulis Barat.
peneliti Barat dengan “metode penelitian ilmiah sejati” yaitu sebuah
pendekatan yang terlepas dari berbagai embel-embel atau tidak ada tendensi
apapun yang melatar belakangi penelitian terhadap Nabi Muhammad seperti halnya
yang dilakukan Caren Amstrong.
Namun menurut hemat penyusun dengan penelitian ilmiah”
yang dikonstruksi atau dihegemoni oleh Barat dengan perjalanan yang panajang,
berbagai metode ilmiah yang ditawarkan (rasionalitas), penyusun sedikit
menyimpulkan ada kekosongan ruh atau terlepasnya pada pijakan di wilayah
ontologi sebagai awal terjadinya objek penelitian khususnya pada sosok Nabi
Muhammad SAW, mungkin teori dobel moven Fazlur Rahman bisa diterapkan atau
dipakai.
I. Karakter superior Nabi
pertama, masalah Isra dan Mi’raj Nabi itu
dilakukan dengan ruh saja atau berserta jasadnya (raga kasarnya),
kedua, masalah kepemimpinan dan kejeniusan
Nabi dalam strategi perang, menurut Abbas Mahmud al-Aqqad, beliau menyatakan
bahwa Napoleon (tiga kekuatan moral, nialai numeric serta mata-mata) dan Hitler
(Penjelajahan, Komunikasi dan menanamkan rasa takut sudah pernah dilakukan
pula, namun pada masa Hitler di putarbalikan karena hanya untuk kepentingan
kekuasan semata lain dengan Nabi ada unsur Ideologis walaupun tidak dipaksakan
atau persuasive) dalam strategi.
Ibn
Ishaq sitz
im leben
jalan itulah membuat Nabi lebih Universal dapat diterima. Tekanannya Nabi
ditempatkan pada sosok yang diidealkan buakan pada batasan sebagai manusia
biasa “sosok paradigmatik”.
Pendekatan;
NORMATIF; Pemahaman agama sesuai apa yang diajarkan al-Qur’an,
pemahaman seperti ini menurut para ahli Islamic studies terjadi hanya pada Nabi
Muhammad SAW.
Historisitas
General Partten
Paarticular Partten/
1.Pendekatan Humanistik 1. Relegius Exsperien
(Pengalaman agama)
2. Pendekatan Ilmu sosial 2. Relegius
Studies - Kajian Kitab Suci
3. Pendekatan Sosiologi -
Kajian Kenabian